SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

Penting Untuk Selalu Melihat Dari Perspektif Positif

 

Perspektif Positif

 

Terinspirasi dari percakapan sore kemarin sebelum pulang kantor.

Waktu setidaknya telah menunjukkan pukul 17.00 WIB, selepas rapat sore masih ada beberapa pekerjaan yang masih harus diselesaikan.

Seorang sahabat berceloteh, “udah …. Ayo pulang.. sudah sore…kerja terus… capek iya kaya kagak.” Kata selorohan yang yang diucapkan secara langsung tersebut memang sekilas diucapkan bercanda. Tapi kalau yang belum mengenal beliau pasti akan menilai ia bukan sosok yang berkerja berdasarkan, ya gitu dech. Padahal tidak.

Selain selorohan yang memiliki konotasi negatif tersebut kabar lainnya menyusul seorang teman satu ruangan yang terindikasi positif. Hmmmm… makin seru saja jumat sore ini.

 

Melihat dari perspektif positif.

“Alem, positif,” demikian teman lain berujar. Sementara Om Bagus dari belakang komputernya menyahut dengan tenang, “syukurlah, kan selama ini itu yang ia inginkan”. Kami yang mendengarnya saling berpandangan, maksudnya “positif” di sini adalah teman yang positif terindikasi Covid 19. Sementara “positif” nya yang om Bagus maksudnya adalah “positif hamil” dan memang juga sich selama ini Alem dan pasangan sedang menginginkan dan mendambakan keturunan.

Lainya adalah ketika teman berujar “udah …. Ayo pulang.. sudah sore…kerja terus… capek iya kaya kagak.” Om bagus kembali menanggapi dengan santainya, “Tenang, pasti akan kaya kok, minimal kaya pengalaman dan kaya ilmu.”

Saya terkesiap, kembali diingatkan untuk selalu kembali memandang dari pespektif positif. Minimal memulai dari perkataan.

Serupa dengan percakapan sore ini, perspektif negatif  dari positif covid dan perspektif kaya secara material, alih-alih melihar ke sana, melihat dari perspektif lain (sebelumnya) bahwa Alem memang menginginkan kehamilan dan kaya itu relatif minimal kaya akan pengalaman dan kaya akan ilmu.

Dan sejalan dengan hal diatas, dari situs Mengembangkan Konsep Diri yang Positif (hipwee.com) jelas bahwa jika kita  mampu mengembangkan konsep diri menjadi konsep diri yang positif, tentunnya akan mengarahkan kita  untuk memiliki kepribadian yang positif. Namun, tidak semua individu mampu untuk mengembangkan konsep diri yang positif, sehingga ia menganggap dirinya tidak berdaya, lemah, dan sebagainya. Hal ini sangat merugikan, bahkan sifat itu pun akan berdampak kepada orang-orang yang berada di sekitarnya. Maka dari dari itu sebisa mungkin virus positif thinking harus sering-sering ditularkan kepada orang-orang sekitar.

Karena itu, penting bagi kita untuk menilai lingkungan dan pengalaman agar terbentuk konsep diri positif. Konsep diri ini harus dilalui dengan proses yang panjang dan berkesinambungan, artinya, konsep diri dapat berubah karena prosesnya kontinyu atau terus berkelanjutan yang berkembang sepanjang hidup.

Kembali ke diri kita masing-masing, apakah tetap akan berkutat dengan pemikiran-pemikiran negatif dari pemikiran-pemikiran negatif yang berseliweran atau mengubahnya menjadi pemikiran-pemikiran positif. Setidaknya jika tidak berguna untuk sekitaran minimal untuk diri sendiri dahulu pikiran-pikiran positif akan selalu berguna.

Salam pikiran positif.

 Ilustrasi dari Photo by Andrea Piacquadio from Pexels



Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

Posting Komentar