SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

Lakukan Satu Persatu (Rev Buku One At A Time_Kyle Idleman)

One At A Time_Kyle Idleman


 

Membaca buku pada awalnya telah menjadi sebuah kebiasaan bagi saya. Namun lambat laun telah berubah, hadirnya gawai dan berinteraksi di media sosial mulai menggesernya.

Padahal melalui aktivitas membaca menuntun kita untuk menemukan dan menikmati inspirasi tersendiri. Dan sekarang kegiatan membaca buku telah banyak diabaikan oleh berbagai kalangan, termasuk saya. Salah satu alasannya adalah karena kesibukannya masing-masing. Makin ke sini, membaca buku juga perlahan ditinggalkan sebab adanya media yang lebih praktis untuk mendapatkan informasi seperti televisi, radio, maupun media internet.

Namun dengan bergabung dengan klub buku atau mengunjungi perpustakaan hingga mendatangi toko buku dapat kembali menghadirkan rasa rindu untuk kembali membaca dan bersentuhan serta menghirup aroma buku.

Pun kali ini, dengan bergabung di komunitas Sabda, klub baca buku rohani kristen, pada akhirnya membawa saya kembali ke toko buku untuk memilih beberapa buku, membaca sinopsisnya, tertarik dan membayar serta melanjutkan menyelesaikan membacanya di rumah. Karena di komunitas ini, saya akan dimintakan untuk menceritakan kembali buku yang telah saya baca dan alasan mengapa memilihnya.

Dan inilah buku tersebut;

Lakukan Satu Persatu (Rev Buku One At A Time_Kyle Idleman)

Dalam keadaan serba digital dan serba terhubung membuat masing-masing kita tertarik untuk menjadi yang lebih dahulu tahu dan syukur-syukur dapat menjadi viral. Yup, Viral adalah sebuah fenomena menarik di masa kekinian.

 

Dan inilah yang coba diterjemahkan dalam buku One At A Time_Kyle Idleman, sebab membuat perbedaan tidak diukur  dari postingan viral yang kita buat. Tidak juga ditentukan oleh pengikut ataupun penggemar. Membuat perbedaan tidak tergantung pada apa yang ada dalam rekening  bank kita atau siapa yang ada dalam kontak kita. Pesannya adalah jika ingin membuat perbedaan, fokus pada satu, inilah cara Yesus. Satu persatu. Menarik bukan mari kita simak lebih dalam .

 

Om Kyle Idleman, penulis buku ini rupanya seorang gembala Senior di SouthEast Christian Church di Louisville Kentucky, juga penulis beberapa buku best seller lainnya dan pembicara pada berbagai konvensi, konferensi dan gereja-gereja.  


Pada halaman awal bukunya ia berujar, bahwa ia menemukan sesuatu yang tidak terduga ketika mempelajari kehidupan Yesus lebih dalam.

 

Bahwa sosok Yesus adalah orang yang telah membuat perbedaan terbesar dalam sepanjang sejarah. Namun  dampakNya mengejutkan karena Ia tidak mengikuti formula apapun seperti yang diberikan masyarakat kepada kita.

 

Yesus sendiri dibesarkan dalam keluarga miskin dan bekerja sebagai tukang kayu hampir di sepanjang hidupNya. Ia tidak pernah bepergian jauh dari kampung halamannya yang kecil. Ia tidak pernah kuliah, tidak pernah dipilih untuk menjabat, tidak pernah memegang gelar atau posisi yang menonjol dalam riwaya hidup.

 

Yesus sendiri karena pada saat itu belum mengenal dunia internet bisa dipastikan tidak memiliki followes yang jumlahnya ribuan.

 

Lalu bagaimana  Yesus membuat perbedaan tersebut,  ini yang menjadi topik buku One  at a time, satu pribadi demi satu pribadi.

 

Buku One At A Time_Kyle Idleman, memiliki halaman sebanyak 225 lembar terbagi menjadi dua bagian (mengasihi satu persatu dan hidup satu persatu) dengan 12 bab pembahasan, mulai dari lensa zoom, prinsip kedekatan, mentalitas melakukan lebih, satu pesta satu persatu, satu kata satu persatu hingga Akhirannya dalam pikiran.

 

Lensa zoom

Dalam bagian Lensa zoom, Om Kyle Idleman mencoba menceritakan bahwa sosok Yesus menjalani hidup  seperti layaknya sebuah lensa zoom, ketika seseorang berdiri di hadapanNya, segala sesuatu lainnya dalam hidupNya, semua perhatianNya, agendaNya, rencanaNya, tujuanNya tampak kabur dan menghilang.

 

Satu-satunya yang penting adalah orang yang saat itu berdiri dihadapanNya. Yesus mengasihi semua orang diantara orang banyak, tetapi cara Dia mengasihi mereka adalah satu persatu.

 

Apa yang paling penting dari satu orang yang tidak kita kenal bagi kita? (Saya mengulangnya dua kali untuk benar-benar memahaminya)

 

Memperhatikan satu persatu dimulai ketika kita melihat seseorang dan melakukan sesuatu (halaman 30).

 

One At A Time_Kyle Idleman


Tentang Doa

Ada yang menarik ketika Mother Teresia diwawancarai, Apa yang Mother Teresia lakukan di pagi hari? Berdoa jawabnya.Lalu setelah itu? Kami mencoba berdoa melalui pekerjaan kami dengan melakukannya bersama Yesus, untuk Yesus dan kepada Yesus.

 

Intinya adalah yang Mother Teresia lakukan adalah setelah dia berdoa maka dia terus berdoa melalui pekerjaannya (masih dihalaman yang sama).

 

Bahkan Om Pdt. Kyle Idleman pun mengajari kita berdoa, alih-alih berdoa Tuhan lakukan sesuatu melalui saya, tetapi berdoalah Tuhan lakukan sesuatu didalam saya.

 

Berdoalah agar Tuhan memberi kita telinga yang mau mendengarkanNya, berdoalah agar Dia memberi kita mataNya untuk orang-orang disekitar kita. Berdoalah agar apa yang Dia ingin kita katakan dan lakukan  akan meluap dari apa yang Dia lakukan didalam hati kita. Halaman 39.

 

Belas Kasihan

Ketika Yesus merasakan belas kasihan itu diikuti dengan tindakan dan selalu menciptakan sebuah kisah. Banyak kisah "satu persatu" dalam injil dimulai dengan belas kasihan Yesus. Halaman 58.

 

Dan Yesus memiliki belas kasihan, namun tidak hanya berhenti disana, Yesus memiliki belas kasih dan Ia melakukan sesuatu. Belas kasihan adalah penangkal ketidak acuhan kita, halaman 60.

 

Belas kasihan menimbulkan respon fisik dan ujian belas kasihan adalah tindakan. 

 

Masih ingat gambar anak kecil afrika yang ditunggui burung nassar, sementara yang lain hanya melihatnya saja.

 

Carter sang fotografer yang mengambil foto tersebut pada akhirnya memenangkan Pulitzer Prize, kemudian ia pulang dan bunuh diri. Foto tersebut bercerita bagaimana kita melihat gambar tentang penderitaan dan kelaparan namun kita tidak melakukan apa-apa.

 

Cenderung saat ini kita menjalani hidup hanya sebagai pengamat ketimbang sebagai perespon. Alasan lain mengapa kita cenderung hidup sebagai pengamat adalah kita tidak pernah mengatakan ini dengan lantang dan bahkan mungkin tidak kepada diri kita sendiri. Tetapi jika kita benar-benar jujur kita akan mengakui bahwa "saya tidak terlalu perduli".

 

Thesaurus mencatat lawan dari kasihan bukanlah kebencian melainkan ketidakpedulian atau apatis. Jika kasihan menjangkau dengan tangan terbuka, lawan dari kasihan adalah memasukkan tangan ke dalam saku, mengangkat bahu, berjalan pergi dan berkata kepada diri "ini bukan masalah saya" halaman 68.

 

Pengajaran Yesus

Pada bagian lainnya Om Pdt. Kyle Idleman mengajak untuk mengenal Yesus ketika mengajar, ketika Yesus melakukan pengajaran, Ia selalu memulai dengan frasa "kamu telah mendengar apa yang dikatakan... " bahwa Yesus sendiri menunjukkan ajaran dari kitab suci yang dipahami secara umum dan luas. Setelah itu Yesus akan berkata "tetapi Aku akan berkata kepadamu..." dan disinilah Ia memperkenalkan standar baru tentang bagaimana berhubungan dengan orang lain.


Ia tidak bertentangan hukum. Ia menjelaskan dan memberikan pengertian yang lebih dalam tentang apa yang Tuhan inginkan bagi umat manusia ketika hukum diberikan. 


Lainnya adalah sosok Yesus mengajari para pengikutNya (termasuk kita umat kristen) untuk memiliki mentalitas berjalan sejauh dua mil bersama satu orang, satu persatu bahkan ketika orang itu adalah musuh kita yang membuat hidup kita sengsara.


Dan di halaman 82, Om Pdt. Kyle Idleman mengajak untuk melakukan hal ini, jika seseorang menghina kita, katakan sesuatu yang baik pada mereka. Jika pasangan mengkritik kita pujilah dia. Jika seseorang menyalahkan kita, berkatilah mereka. Jika pelayan restoran berkata kasar kepada kita berikan tips yang lebih murah hati kepada mereka. Kita pikir mereka tidak akan menyadarinya? Jika bos kita sangat pemarah dan menuntut, doakanlah dia dan berikan catatan penyemangat. Berjalanlah dua mil, ini akan memberkati hidup kita dan akan membuat perbedaan didunia ini yang pada akhirnya akan membuat Tuhan terlihat baik.


Apakah perasaan terhukum pernah membantu kita berubah? Apakah penghukuman pernah membawa kita kepada transformasi. TIDAK. Roma 2:4 mengatakan bahwa kebaikanlah yang membawa kita kepada pertobatan.

 

Tantangan kasih

Tantangan kasih salah satunya adalah tidak mengenali dosa kita sendiri, kita kesulitan  memikirkan diri kita sendiri sebagai orang berdosa, sederhananya, kita tahu kita tidak sempurna tetapi yah dosa orang lain jauh lebih buruk. Seringnya kita merasionalisasikan atau tidak menyadari dosa kita dan membuat seolah olah (merasa) lebih unggul daripada yang lain. Roh merasa lebih baik ini yang dapat membawa kita kepada penghukuman dan bukannya belas kasihan.


Tuhan berujar, Jika kita bersalah atas dosa, kita tidak bisa menghakimi dosa orang lain. Halaman 100.


Bahkan Om Pdt Kyle Idleman mengutip buku Mere Christianity dari CS Lewis,  Dosa daging memang buruk tetapi itu adalah  dosa yang paling kecil dari semua dosa. Semua kesenangan terburuk adalah murni spiritual, kesenangan menyalahkan orang lain, kesenangan memerintah, merendahkan, menghancurkan kesenangan orang lain dan memfitnah. Kesenangan berkuasa, kebencian. Karena ada dua hal dalam diri saya, mereka adalah diri hewan dan diri iblis. Diri iblis adalah yang terburuk dari keduanya. Itulah sebabnya orang  angkuh yang dingin dan merasa benar sendiri yang pergi ke gereja secara teratur mungkin jauh lebih dekat ke neraka ketimbang seorang pelacur. Tetapi tentu saja lebih baik tidak menjadi keduanya.

 

Pada akhirnya Yesus datang tidak hanya untuk meruntuhkan tembok dosa yang menjadi penghalang yang memisahkan Allah dan manusia tetapi juga untuk meruntuhkan penghalang yang memisahkan manusia dan manusia.  Tuhan Yesus tidak hanya datang untuk membuat jalan bagi orang-orang agar terhubung dengan Tuhan tetapi juga agar orang-orang terhubung satu sama lain.

 

Yohanes 3 ayat 17 sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.

 

Yesus tidak datang dengan penghukuman atas dosa. Dia datang dengan belas kasihan untuk meruntuhkan tembok dosa sehingga Dia bisa membawa orang orang kepada Tuhan.

 

Penghalang terbesar bagi kita untuk melakukan pendekatan Yesus, "satu persatu" adalah karena kita tidak tahu akan hasilnya.  

 

Dan ditutup dengan manis, kita tidak bisa tahu dan tidak bertanggung jawab terhadap hasilnya tetapi menyadari hal-hal yang luar biasa yang Tuhan bisa lakukan dengan tindakan kasih kita yang biasa, kita harus selalu memilih untuk mengasihi. Kita menanam benih dan menyirami benih tetapi Tuhan yang menumbuhkannya.

 

Pada akhirnya melalui buku Om Pdt Kyle Idleman kembali menerangkan kasih kebaikan dan ajaran Kristus dengan caara yang sederhana dan mudah dimengerti.

 

Dan melaui membaca buku dapat menghadirkan itu semua, memahami pemikiran dan ide dari Om Pdt Kyle Idleman, terimakasih untuk sharing session bukunya. Tuhan memberkati…

 

Selamat membaca kawan...

Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

Posting Komentar