SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

Perjuangan membuktikan sebuah keyakinan ditengah berbagai konflik personal (Resensi Film Mencari Hilal)


Registrasi
Bermula dari Informasi seorang Blogger Senior, alhasil saya diperkenankan untuk menyaksikan premiere Film "Mencari Hilal". Dari judulnya saja ada yang unik, hanya 2 suku kata " Mencari dan Hilal". Ada kesederhanaan didalamnya tapi  tidak sesederhana yang saya pikir. 

Hilal sendiri, ramai dibicarakan ketika menjelang bulan suci, Hilal adalah istilah untuk bulan sabit paling ramping yang terlihat pertama kali setelah bulan baru. Digunakan untuk menentukan awal dan akhir bulan dalam kalender islam. 

Hilal-lah yang diangkat menjadi fokus "Mencari Hilal". Dimana keyakinan sejatinya berhubungan dengan masing-masing personal dan sulit untuk diperdebatkan terutama agama. Pemahaman yang satu dengan yang lain pun sejatinya akan berbeda meskipun memiliki latar belakang yang sama. 

Pun demikian dengan cerita yang diangkat dalam film “Mencari Hilal” sebuah film yang disutradarai oleh Ismail Basbeth.  Konflik internal  antara seorang Ayah dan anak Lelakinya. Memang kekuatan konflik adalah kekuatan sebuah cerita yang layak diangkat menjadi sebuah cerita. Ditambah jika ditengah konflik  dibumbui adanya perbedaan keyakinan meskipun beralaskan satu dasar keyakinan yang sama.

Sedikit Cerita Mencari Hilal
Mencari Hilal adalah cerita seputar kehidupan keluarga Mahmud (diperankan Dedy Sutomo) seorang pedagang kelontong biasa dipasar tradisional. Mahmud dilahirkan dengan latar belakang keyakinan Islam yang sangat kuat. Islam sudah menjadi nafas hidupnya. Bahkan beberapa teman pedagang sering berbeda pendapat dengan prinsip hidup Mahmud. Harga barang yang Mahmud jual lebih murah dibandingkan toko tetangga bahkan ia tidak menginjikan jika salah satu konsumennya membeli semua barang dagangannya. Mahmud berprinsip berdagang itu adalah ibadah.

Mahmud yang secara tulus berjuang menerapkan Islam secara kaffaf dalam semua  aspek hidupnya, sedikit terusik dengan berita-berita yang beredar, butuh dana milyaran menentukan hilal. Sementara ia  dengan pengalamannya, tidak membutuhkan dana sebesar itu mencari Hilal. 

Mahmud memutuskan untuk mecari Hilal, tapi sayangnya sang anak Halilda (Erythrina Baskoro) melarang, ataupun boleh asalkan ditemani Heli (Oka Antara). Heli sendiri seorang aktivis yang jarang pulang kerumah, dan kebetulan pulang  untuk mengurus keperluan paspor.

Fokus Cerita seputar perjalanan Mahmud dan Heli, perdebatan sengit, konflik keyakinan. Semuanya terekam manis di sini. Menyaksikan film Mencari Hilal, dituntut untuk memiliki perspektif yang berbeda dalam memandang sebuah konflik.

Konflik pulalah yang mempersatukan konflik pula yang memisahkan.

Cuplikan dalam Mencari Hilal
Alasan mengapa harus menyaksikan “Mencari Hilal”
Pesan moral yang terkandung didalamnya sangat banyak. Memang terkesan membosankan bagi yang merasa di ajari ketika menyaksikan “mencari hilal”. Film ini masuk untuk semua usia, meskipun tetap dibutuhkan pendampingan untuk yang belum berusia matang.

Siapa saja yang disarankan menyaksikan Film ini, Setiap keluarga yang hendak menambah wawasan dan pola pikir serta pola asuh, keluarga yang sedang mengalami konflik internal, para pemuka-pemuka agama bahkan politikus disarankan untuk menyaksikan “mencari Hilal” dan ceritakan apa yang didapat setelah menyaksikannya. Pastinya akan beragam jawabannya, ada yang mungkin terharu, ada yang tertampar atau ada yang biasa—biasa saja. Bukan tidak mungkin nanti ada yang kecewa, marah dan sebagainya.

Jadi tunggu kehadirannya mulai tanggal 15 juli nanti ya.

Menteri Agama pun hadir loh
Bahkan Menteri Agama Lukam Hakim S,  yang  menyempatkan datang pada acara premiere menyatakan film "Mencari Hilal" bagus dan layak untuk ditonton. Pak menteri yang hadir dalam premiere film mencari Hilal, memang tidak didaulat untuk membuka dan menutup acara premiere. Sehingga sebagian penonton tidak 'ngeh' kalau ada pak Menteri ditengah Premiere "Mencari Hilal"

Tepat setelah film selesai dengan tulus beliau menyalami Hanung dan rekan-rekan yang terlibat dalam pembuatan film dan memberikan apresiasinya.

Mengambil latar belakang kehidupan Islam di Jogjakarta , tetap saja “Mencari Hilal” layak untuk disaksikan semua kalangan dan semua lapisan masyarakat. Terlebih momen yang diambil sangat tepat di bulan suci ini.

Untuk film yang satu ini, kalian harus bela-belain nonton ya. Jangan tunggu bajakannya keluar.



Nukilan Mencai Hilal

Para pembuat Mencari Hilal

Blogger dan awak media yang hadir

 
Thrillernya :) 











Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

Posting Komentar