SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

11 Tips Menulis Dari Kang Adi (1)



Ini kali adalah catatan perdana mengikuti kelas kuliah Whatsapp Writing for Healing (WFH) Challenge yang diadakan oleh komunitas Books4Care topiknya mengenai penulisan kreatif. Narasumbernya ciamik, meskipun belum begitu kenal tapi melalui karya yang diterbitkan ga bisa dipandang sebelah mata. Dan berikut ini adalah catatan yang berhasil kang Adi rangkumkan, 

 

Adi Rustandi adalah Penulis Novel yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat. Karya-karya nya yaitu : Novel Seberapa Pantas, Novel Redup, Novel Ketika Hati Bicara, Novel Metamorphosis Bidadari dan baaanyak lagi karya karya lainnyaa..

 

Beliau merupakan lulusan S1 Pendidikan Bahasa Indonesia Unpas dan S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

 

Ada satu Novel yang sangat spesial buat Kang Adi , yaitu Novel Mencintaimu Karena Allah (Penerbit Rumah Oranye-Okt 2013). Novel ini terinspirasi oleh kisah kang Adi dengan istri tercinta. Kenapa Kang Adi terinspirasi oleh kisah tersebut? karena beliau merasa bahwa Cinta itu adalah fitrah. Cinta adalah anugrah. Biarkan cinta itu bersemi dengan indah. Bingkailah cinta dengan ketulusan hati bukan emosi.

 

Salah satu, figur penulis yang Kang Adi kagumi adalah Andrea Hirata.

Beliau pernah menyampaikan bahwa, “Penulis yang baik itu adalah penulis yang mampu menggerakkan hati pembacanya untuk berbuat luhur setelah membaca bukunya.”

 

Hal yang perlu diingat!

Lahirnya sebuah tulisan, entah itu buku. Baik fiksi maupun nonfiksi, semuanya melaui proses yang panjang. Artinya, menulis itu membutuhkan keseriusan dan komitmen. Karena, kalau tidak begitu,  sampai kapan pun, tulisan yang kita rancang hanya sebagai bentuk rancangan saja. Tapi, jika sudah berkomitmen dan serius, maka rancangan yang sudah tersusun akan melahirkan sebuah karya. Sebut saja, buku itu sendiri.

 

 

Karya Tulis dan Perkembangannya.

Dalam KBBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996, hlm. 448-449) kata karya memiliki arti pekerjaan; hasil perbuatan; buatan; ciptaan (terutama hasil karangan).

 

Nah, yang ingin beliau garisbawahi yaitu pada 4 (empat) kata terakhir dari arti karya tersebut, yaitu ciptaan (terutama hasil karangan). Hasil karangan ini berupa tulisan, dan tulisan ini sangat berhubungan dengan kegiatan menulis.

 

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa, setelah menyimak, berbicara, dan membaca. Keterampilan menulis termasuk keterampilan yang paling tinggi tingkat kesulitannya bagi pembelajar dibandingkan dengan ketiga keterampilan lainnya (Iskandarwassid, 2011:291). Hal ini pun senada dengan yang diungkapkan oleh Ishak (2014:viii) yang mengatakan bahwa keterampilan menulis itu katanya sulit dilakukan.

 

Maka, berdasarkan kedua pernyataan di atas bahwa menulis adalah pekerjaan atau kegiatan yang dianggap sulit. Bahkan, jika dihubungkan dengan siswa atau peserta didik saat ini, mengakibatkan kurang berminatnya dalam mempelajari keterampilan menulis itu sendiri.  Akhadiah (2003, hlm. v) mengatakan bahwa masalah yang sering dilontarkan dalam pengajaran karang-mengarang adalah kurang mampunya mahasiswa atau siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini terlihat dari pilihan kata (diksi) yang kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, sukar mengungkapkan gagasan karena kesulitan memilih kata atau membuat kalimat, bahkan kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis. Di samping itu kesalahan ejaan pun sering dijumpai.

 

Bahkan, di berbagai media dalam surat kabar menyatakan bahwa kemampuan menulis para pelajar sangat lemah. Di perguruan tinggi para dosen yang mengeluh bahwa mahasiswa kurang terampil menulis paper, makalah, apalagi skripsi. Kadang-kadang, para dosen sendiri dianggap kurang mampu dalam menulis.

 

Buktinya baru segelintir dosen yang mempunyai karya tulis buku teks (Tarigan, 1987 hlm. 186). Hasil penelitian yang dilakukan Alwasilah (dalam Rustandi, 2009 hlm. 314) yang menyatakan bahwa di sekolah-sekolah, sastra hanya diajarkan sebanyak 23,6% saja. Dalam kapasistasnya yang hanya 23,6% tersebut, ternyata pembelajaran sastra lebih diterapkan pada aspek pengetahuan (kognitif), bukan aspek afektif maupun keterampilan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembelajaran sastra, khususnya pembelajaran menulis di sekolah masih mengindikasikan permasalahan yang perlu dirangsang baik guru/dosen dan siswa atau mahasiswa agar lebih bersemangat dalam menulis. Terutama dalam melahirkan karya sastra.

 

Apabila diamati, banyak sekali keuntungan yang dapat dipetik dari keterampilan menulis. Akhadiah (2003 hlm. 1) mengutarakan beberapa keuntungan menulis, yaitu sebagai berikut.

  • 1.      Dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita.
  • 2.      Melalui kegiatan menulis kita dapat mengembangkan berbagai gagasan.
  • 3.      Menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.
  • 4.      Menulis akan memperjelas permasalahan yang semula masih samar bagi diri kita sendiri.
  • 5.      Melalui tulisan kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri secara lebih objektif.
  • 6.      Menuliskan di atas kertas kita lebih mudah memecahkan permasalahan.
  • 7.      Menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif.
  • 8.      Menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib.

 

Kang Adi sendri selain menjelaskan ia juga mengajukan pertanyaan kepada peserta group, tapi memang tidak dapat langsung dibalas karena group masih dikunci oleh admin.

 

Mengapa kang Adi harus menyampaikan materi diatas itu kepada kalian? Ya, biar kalian tahu kondisi permasalahan kepenulisan yang sebenarnya terjadi saat ini.

 

Dan memang benar, bahwa menulis itu adalah kegiatan yang sulit. Berangkat dari permasalahan tersebut, hal yang sudah ia lakukan dalam membangkitkan semangat menulis, sehingga melahirkan sebuah buku (entah itu fiksi atau nonfiksi), maka ia akan membagikan tips bagaimana proses kreatif menulis yang sudah dilakukanya.

 

 

Tips-tips Dalam Menulis

  • 1.      Tetapkan dan Mantabkan Niat

Niat dalam menulis adalah pondasi utama dalam mengawali sebuah tulisan, sehingga bertanggung jawab untuk menyelesaikan sebuah tulisan.

Bahkan, lebih dari pada itu. Sebaiknya, ketika kita akan menulis, maka niatkan dalam hati bahwa tulisan yang kita buat harus mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada pembacanya (efek positif).


Mengapa kang Adin mengatakan demikian? Harapannya adalah semoga, dari apa yang kita tuliskan, kemudian pembaca tergerak hatinya untuk berbuat luhur, berbuat yang positif, berbuat untuk kebaikan, maka pahala itu pun akan mengalir kepada kita.

 

  • 2.      Sering dan Banyak Membaca

Membaca merupakan kunci sekaligus modal dalam menulis. Dengan membaca, kosa kata (diksi) akan semakin bertambah. Bahkan, tingkat keterbacaan seseorang itu dipengaruhi oleh kemampuannya dalam membaca. Semakin tinggi bahan bacaannya, maka semakin tinggi pula tingkat keterbacaannya. Begitupun sebaliknya.


Bacalah bacaan yang dianggap kita mampu menyelesaikan bacaan. Karena, tidak jarang pembaca akan merasa kelelahan dalam membaca karena berbagai faktor dan dengan mudahnya meninggalkan bacaannya.


Pembaca yang bertanggung jawab adalah pembaca yang mau mengawali sebuah bacaan dan mau mengakhiri sebuah bacaan.

Saran kang Adi sendiri adalah perbanyak membaca buku yang kita sukai. Kalau suka membaca nonfiksi, maka silakan membaca buku nonfiksi. Tapi, jika suka membaca fiksi, maka silakan membaca buku fiksi.


Namun, yang harus diingat bahwa ketika kita membaca buku tersebut, bukan hanya sekedar membaca. Pelajari bentuk buku yang kita baca. Mulai dari struktur penulisannya, hingga teknik penulisannya, dll.


Sebagai contoh: Kita ingin menulis puisi. Maka, kang Adi sarankan kalian harus banyak membaca buku kumpulan (antologi) puisi. Kita ingin menulis cerpen. Maka, kang Adi sarankan kalian harus banyak membaca buku kumpulan (antologi) cerpen.


Kalian ingin menulis novel. kang Adi sarankan  harus banyak membaca buku novel.

Untuk yang ingin menulis skenario baik itu FTV, sinetron, film layar lebar, atau film pendek. Maka, disarankan harus banyak membaca skenario baik itu FTV, sinetron, film layar lebar, atau film pendek. Karena, jika kita ingin menulis sesuatu, biasanya akan dipengaruhi dari apa yang kita baca.


Sejak SMP dan SMA, bahan referensi bacaan kang Adi adalah cerpen dan novel religi. Maka, ketika kang Adi menulis cerpen atau novel pun, itu berbaukan atau bergenre religi. Maka, *apa yang kita tulis biasanya dipengaruhi oleh apa yang kita baca.*

 

  • 3.      Harus Sensitif

Menjadi seorang penulis, pancaindera adalah senjata utama dalam mengembangkan ide tulisan. Bahkan, semakin sensitif penulis terhadap ide yang ditangkap melalui pancaindera, maka secara perlahan ia akan semakin terbiasa menangkap ide tulisan yang sejatinya seperti rumput.


Rumput itu, tidak ditanam, tetapi tumbuh sendiri. Artinya, peka terhadap apa yang akan dituliskan. Jangan takut kehabisan ide oleh orang lain atau penulis lain.

Sarannya, ketika ide itu muncul secara tiba-tiba, maka segera simpan. Bisa ditulis di buku harian (buku khusus ide), direkam oleh HP, atau mendokumentasikannya dengan video. Tujuannya, agar tidak lupa dan hilang begitu saja.

 

  • 4.      Lakukan Penelitian

Melakukan sebuah penelitian dalam menulis sangatlah penting. Tidak melulu harus membayangkan atau memikirkan sesuatu untuk menuliskan hal fiksi. Tetapi, dengan melakukan penelitian dan survey langsung ke lapangan, maka akan menghasilkan data atau fakta yang baik. Imbasnya, pada tulisan yang dibuat akan terasa lebih nyata (hidup) dan enak untuk dinikmati oleh pembaca.


Saran kang Adi, dalam melakukan sebuah penelitian pun, tidak perlu jauh-jauh. Ketika kita mampu meyelami diri sendiri, mengeksplore diri sendiri, menggali segala bentuk keresahan diri sendiri, itu sudah menjadi bagian dari sebuah penelitian.


Konsep ini kang Adi ambil dari teknik menulis materi stand up comedy. Mereka menulis berdasarkan atas keresahan dirinya sendiri.

Maka, kalau mau menulis, bisa juga mengeksplore diri kita sendiri. Tentunya, kita pernah sedih, senang, ketakutan, dan lain sebagainya, dan itu bisa menjadi sebuah materi tulisan.

 

  • 5.      Ayo Mulai Menulis

Mulailah menulis saat ini juga. Menulis adalah langkah bijak untuk mempertahankan dan mengembangkan ide tulisan. Percuma saja mengikuti berbagai pelatihan dan motivasi kepenulisan, kalau tidak menulis. Menulis itu mengikat kata agar tidak hilang dari pikiran kita. Ingat! Mengawali sebuah tulisan (penulis pemula) kita bisa belajar dari apa yang kita baca. Artinya, kita belajar merekonstruksi sebuah tulisan dari apa yang kita baca.


Contoh: Kita sedang senang membaca buku remaja (teenlit) romance. Maka, silakan untuk merekontruksi bacaan tersebut menjadi sebuah tulisan dengan gaya tulisan kita sendiri. Tapi ingat! Ini hanya sebuah pembelajaran.  Misal, buku yang sedang dibaca itu (novel) dan sad ending.Maka, kita coba membuatnya dengan happy ending. Itu contoh sederhananya.

 

  • 6.      Temukan Ciri Khas Tulisan

Jika sudah terbiasa menulis, maka belajarlah menemukan ciri khas dari tulisan yang dibuat. Temukan keunggulan yang bisa ditonjolkan kepada pembaca melalui tulisan kita. Apakah itu gaya tulisan, bahasa yang digunakan, sehingga pembaca secara perlahan mengenali tulisan kita.


Cara menemukan ciri khas tulisan kita.

Contoh sederhana, kang Adi menulis novel religi. Kiblat kang Adi kalau tidak Hamka, Habiburrahman El Shirazy, pasti Asma Nadia. Jika kang Adi menulis, mungkin dulu mirip dengan tulisan mereka. Tapi, setelah memahami ciri khas tulisan (sangat penting), maka kang Adi memadupadankan dengan ide tulisan seperti Ernest, Raditya Dika, yang unsur komedi dalam tulisannya sangat kuat.  


Jadi, hasil tulisan yang kang Adi ciptakan tidak murni religi. Tapi, ada komedi-komedinya. Dan itu kang Adi terapkan pada *Novel SEBERAPA PANTAS, yang terbit online di Storial.co. Baca, ya!


Jadi, menemukan ciri khas tulisan mudah. Hanya saja, memerlukan waktu dan jam terbang.

 

Baru 6 yang dibahas Kang Adi, masih ada 5 point lagi tersisa. 

Biar ga bosen bacanya, poin lainnya ada di dalan postingan berikutnya.

 

 


 


Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

Posting Komentar