SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

My Journey “Mencari Mata Air” Sebuah Film Dokumenter layar Lebar.




"Karena banyak tahu akan menyebabkan banyak keinginan dan banyak keinginan menyebabkan seseorang dapat berubah menjadi sosok jahat. Kita hanya perlu tahu apa yang perlu kita tahu"Ki Barja.

Bertepatan dengan Hari Bumi dan Air sedunia 2016 Film ini diluncurkan layar lebar. Mari kita simak dulu penjelasannya.

Hari Bumi dan Hari Air Sedunia.
Hari Bumi “Earth Day” selalu di peringati tanggal 22 April. Kebanyakan dari kita dan saya salah satunya tidak menyadari hari Bumi dan hanya di peringati terbatas di kalangan para aktivis dan cinta lingkungan. 

Hari bumi sendiri diperingati di Amerika Serikat pada tahun 1970 dicetuskan oleh senator mereka yang bernama Gaylord Nelson.  


Sementara di Indonesia sendiri peringatan Hari Bumi  salah satunya dengan pembuatan film Layar Lebar My Journey : Mencari Mata Air, sebagai wujud nyata kampanye positif kepada publik mengenai pentingnya mata air. Bahkan kegiatan lainnya sebagai wujud nyata gerakan perlindungan mata terus dilakukan penghijauan di kawasan berpotensi mata air dan DAS Daerha Aliran Sungai) 

Ekpedisi mereka bernama Ekspedisi Penyelamatan Mata Air (EPMA) yang dikoordinir langsung oleh Yayasan Garuda Nusantara besutan Ully Hary Rusady.

Sementara Hari Air tahun ini mengangkat tema “Eater and Job” hal ini diambil berdasarkan fakta bahwa hampir dari setengah dari pekerja dunia (1,6Milliar) bekerja di sektor yang berkaitan dengan air. 

Fakta yang muncul berikutnya adalah orang yang bekerja tersebut tidak terpenuhi haknya dengan baik dan tidak memfokuskan pada kualitas dan kuantitas air yang akan merubah kehidupan dan mata pencaharian buruh. 

Kedepannya jika saat ini kita tidak memperhatikan dan menjaga kualitas dan kebersihan air yang tersedia maka bukan tidak mungkin pencaharian, ruang usaha, wirausaha dan perekonomian dunia akan menurun setiap harinya karena sulitnya ketersediaan air bersih. 

Intinya adalah dengan adanya hari Air sedunia merupakan salah satu wujud nyata sebagai kampanye akan peran penting air bagi kehidupan serta mengajak masyarakat untuk turut serta melindungi pengelolaan sumber daya air. Karena Air setiap tetesnya adalah nyawa dan hak setiap orang.

Jumpa Pers My Journey
Menurut pendapat beberapa pengamat perfilman salah satunya adalah Bens Leo, beliau mengatakan Film ini menampilkan gambar dengan sangat baik pun diikuti dengan kualitas suara yang baik. Beberapa yang sudah di raih film My Journeys adalah:

  • 1.       Hollywood International Moving Pictures Film Festival, Maret 2016 dengan kriteri
    •  Winner Musi Score (Didit Saad)
    •  Winner Cinematrography (Fahmy J. Saad)
    • Winner Foreign Feature

  • 2.       Official Selection. Cordoba International Film Festival, Colombia, April 2016

  • 3.       Official Selection, Kids First! Film Festival, USA, April 2016

My journey, mencari mata air berdurasi selama satu setengah jam. Lokasi syuting yang banyak menampilkan padah belantara hijau semuanya di ambil di bumi pertiwi Indonesia. Lokasinya angga jauh sekitaran Probolinggo, Situbondo dan Bondowoso.

Paramita Rusady sendiri selaku Maya dalam Fim My Journey mengamini bahwa Indonesia merupakan tengara penyumbang oksigen terbaik selain Brasil dan Amerika Latin. Tokoh Maya yang ia perankan adalah sosok peniliti yang tekun meneliti binatang Capung. 

Ia sendiri mengatakan untuk dapat menyelesaikan My Jouney bukan sebuah hal yang mudah dan yang terberat adalah menundukkan  Lokasi syuting yang menurutnya sulit. 

Dan siapa yang nyana bahwa My Journey adalah mimpi puluhan tahun dari Bunda Ully Hary Rusady terhadap lingkungan hidup. Penampilan beliau yang sedikit nyentrik semakin membuktikan konsistensi beliau dalam mengerjakan sesuatu.  Bunda Ully sendiri menuturkan butuh waktu 31 tahun proses menelurkan Film My Journey “Mencari Mata Air”`


Tidak tanggung-tanggung, melalui media VIDI VICI Multimedia Ully Hary Rusady sudah menyiapkan Trilogi film My Journey. Diawali tahun 2016 dengan My Jorney Mencari Mata air. Dilanjutkan dengan My Journey Good Morning Miss Climate Change tahun 2017 dan ditutup dengan My Journey  Konservasi 2018. 



Sinopsis My Journey Mencari Mata Air.
Tokoh intinya di bintangi 5 bintang muda Chinta (B` Tari Chinta) Celine (Celline Wahyudi) Cindy (Cindy Celine) Tasya (Dwi Tasya Septiani) dan Cristopher Warren sebagai Lucas.

Alur ceritanya sederhana, mereka ber 4 Chinta, Cindy, Tasya dan Cindy hendak mengantarkan Lucas teman yang tertarik pada lingkungan hidup. 

Cerita bermula ketika kendaraan mereka mogok dan mereka memutuskan untuk berjalan di hutan demi ke rumah Nenek Chinta.

My jouney sendiri didukung oleh 4 kementrian, Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, Mentri Pariwisata, Mentri Lingkungan Hidup dan Mentri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bhakna Mentri Basuki ikut hadir dan menyaksikan langsung.

Siapa sangka perjalanan mereka di tengah hutan menuntun kepada pencerahan akan pentingnya merawat sumber daya alam dan menjaga serta menemukan mata air. 

Ditengah hutan juga mereka bertemu dengan Maya (Paramita Rusady) peneiliti capung. Ketika aktivitasnya diganggu, maya meradang dan menjelaskan fungsi Capung dalam kehidupan. Saya juga baru tahu kalau Capung adalah sumber inspirasi bagi dunia penerbangan. Capung cikal bakal pesawat terbang dan helikopter. Bukan hanya mitos untuk menakut – nakuti anak yang masih suka ngompol.
 
Banyak hal positif dan informasi dari film ini. Bahkan ada sosok Alina (Martina Tesela) pengajar muda yang sudah belajar jauh ke Aris dan memilih untuk mengabdikan dirinya di tengah kampung di pedalaman Jawa barat. 

Atau di lain Scene ketika kita di susupi pesan moral untuk menghormati budaya yang sudah mengakar dalam sebuah desa. 

Sosok Ki Barja (penjaga hutan sekaligus sesepuh desa) bahkan berucap “kita hanya perlu tahu apa yang perlu kita tahu”... tentunya bisa diperdebatkan bukan. Tapi ada alasan ia berkata seperti itu. Karena banyak tahu akan menyebabkan banyak keinginan dan banyak keinginan menyebabkan seseorang dapat berubah menjadi sosok jahat.

Bunda Ully (Ully Hary Rusady) mengajar langsung kepada penduduk kampung dan juga kepada Chinta dan kawan. Pentingnya menjaga mata air.

Bagaimana cara menjaganya, melakukan pemantauan terus menerus dan melakukan apa yang harus dilakukan demi menjaga agar mata air selalu tersedia.

Di bagian lainnya bunda Ully menerangkan pentingnya pohon bambu dan makna di dalamnya.

My Journey Mencari Mata Air


Kesimpulan
Ada pertanyaan yang menarik dari media yang hadir kemarin malam. Pesan edukasi dari My Journey sangat kuat, sayang saja jika hanya dapat disaksikan  melalui layar lebar. Ully Harry sendiri menyatakan bukan tidak mungkin akan dibuatkan versi buku agar setiap masyarakat dapat menikmati My Jouney.

Saya juga mengamininya sedikit sayang memang jika tidak ada versi buku/novel, sehingga dapat juga menjangkau para pecinta buku dan dapat dinikmati kapan saja.

Film My Journey SANGAT COCOK untuk ditonton bersama keluarga terutama anak-anak kita yang beranjak remaja. Menyaksikan film ini seakan membuka wawasan tanpa terkesan digurui.

Meskipun durasi satu setengah jam sedikit melelahkan bagi saya yang terbiasa dengan film bergenre Action. Akhinrya saya mengambil kesimpulan kalau tidak ada film My Journey bagaimana cara kita mengenalkan dan mengajarkan pentingnya Air bagi kehidupan. Ok, mungkin sebagian akan mengatakan dari dunia maya. Hmmm ... mengutip sebuah dialog dalam film ini, rasanya akan berbeda menyaksikannya langsung atau hanya sekedar menatap dan mendegar ceritanya saja.

Beberapa penghargaan yang diraih dai luar menandakan betapa dunia juga ikut mengapresiasinya.

Semoga dengan munculnya My Journey kembali membuka kesadaran kita akan pentingnya Mata Air dan menjadi lebih ter-informasi-kan  bagaimana menjaga dan melestarikan mata air dan berhemat dalam menggunakan air. Terakhir itu yang paling penting.

Salam.. Menjadi Penjaga Bumi untuk selamanya



   

Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

32 komentar

  1. waduh, nyesel kemarin gak ikut nonton fimnya :-(. padahal diajakin nonton ama om Didiet... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah.. Sayang sekali.. Tapi tenang mas Hazmi.. Masih diputar kok di bioskop kesayangan...

      Hapus
  2. Film nya keren, tentang lingkungan saya sangat tertarik :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya.. Harus nonton bersama anak akan lebih bagus ito ani.. Biar pesannya dapet

      Hapus
  3. Aku gak bisa hadir pas premiere tapi harus nonton deh kayaknya, settingnya pemandangannya bagus-bagus, ada triloginya pulak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sayang sekali.. Mba dona.. Tapi tetep di agendakan dalam nonton bersama keluarga ya... Biar ngga ketinggalan jalan ceritanya :)

      Hapus
  4. Bisa jadi alternatif nih, karena kalo film AADC kan saya ga mungkin ngajak anak2 nonton..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas.. Sekalian edukasi ke anak.. Pentingnya air bagi kehidupan.. :)

      Hapus
  5. Air sangat penting bagi kehidupan kita. Bahkan Dua pertiga dari tubuh kita berisi air. Begitupun Indonesia lebih luas airnya ketimbang daratan. Jadi memang wajib hukumnya menjaga sumber air kita agar tetap Lestari. Semoga film My journey tapak edukasi masyarakat agar menjaga sumber kehidupan kita Lestari

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju dengan ibu evi.. Semoga my journey dapat mengedukasi semua lapidan masyarakat tentang pentingnya air bagi kehidupan

      Hapus
  6. Seneng akhirnya ada juga film Indonesia yang bercerita tentang alam dan mengedukasi masyarakat terutama kawula muda cara menjaganya. Nggak melulu soal cinta2an dan cerita2 yang gaje.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setidaknya melalui hadirnya film ini membuat penontonya teredukasi bagaimana pentingnya peranan air dalam hidup

      Hapus
  7. air memang sangat penting bagi kehidupan. semua makhluk butuh air, tanpa air mati semuanya.hehe
    anak harus di ajari dan di beri pandangan sejak dini. sangat membantu sekali artikelnya..terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih juga sudah mau mampir ke blog saya ma naufal

      Hapus
  8. Hmm sepertinya cocok nih buat dijadiin tujuan nonton selanjutnya.

    BalasHapus
  9. hmm jadi pengen nonton, biar tahu jalan ceritanya secara untuh hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harus mba wilova.. Tapi bersama keluarga besar biar seru.. Biar pesan moralnya kebagian semua ;)

      Hapus
  10. yah... filmnya nda samapai kesini. jadi ngga bisa nonton :) padahal reviewnya bagus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sabar aja mas pasti nyanpe.. Atau ngga kemungkinan besar bukunya juga akan di buat.. Yah setidaknya terobatilah sikit..

      Hapus
  11. kalau dokumenter saya suka, cuman covernya kayak sinetron, jadi gimana gitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayanya ini perpaduan dech mba.. Isinya dokumenter yang dikemas ceritanya ala sinetron biar ada jalan ceritanya ... :)

      Hapus
  12. Balasan
    1. Nah itu dia mba lidya.. Kemarin saya ke xxi cibubur... Filmnya udah ngga diputar ..

      Hapus
  13. sepertinya bagus sih kalau diliat dari sinopsisnya. hmm :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau ada waktu sempatkan menyaksikannya bersama keluarga, keponakan bro.. Biar dapat pesan moralnya :)

      Hapus
  14. Balasan
    1. Hehehehe.. Jangan lupa ajak keluarga dan keponakan mas.. Biar seru dan pesannya sampe ke generasi muda... ;)

      Hapus
  15. Balasan
    1. Selain memang keren untuk kualitas gambar dan suaranya. Pesan moral untuk generasi muda juga ada didalamnya :)

      Hapus
Untuk Sementara Pesan di Moderasi....
Menghindari Beberapa konten2 yang negatif ...
Berfikir yang Baik dan tinggalkan jejak yang baik..
Terima kasih