SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

Menjelang Malam di Alun2 Jogjakarta

Ilustrasi (Dok. Pri)

Setelah melewati 565 KM dari Bandung menuju Jogjakarta via Tol Padalarang lanjut ke Cipali keluar di Brebes Exit (Brexit). Butuh waktu tempuh 12 jam. Berangkat persis jam 7 pagi tiba juga jam 7 dimalam hari.

Ada sebuah keseruan sendiri, ketika menggunakan jalan darat dan hanya bermodalkan aplikasi sebagai penunjuk jalan. Yah, diajak muter-muter mah hayok ajak. Versi Waze apps lewat sini, sementara versi Gmaps lewat sana. Heheheheh, bingungkan?

Punya waktu sedikit dan hanya malam ini saja, sebab beaok harus lanjut lagi ke Malang. Praktis hiburan malam yang  bersahabat ada di Jogja jatuh ke Alun-Alun Kidul.

Kalau saya ngga salah hitung ini kali ke 3 saya mengunjungi Alun-Alun Kidul (Selatan) tapi baru pertama kali dengan pasangan.

Jadi penasaran dan sedikit browsing mencari tahu informasi seputaran Alun-alun.

Mau Kemana aja ketika di Jogja ?

Alun-Alun Kidul.

Alun-alun Kidul Yogyakarta dikenal juga dengan nama Alkid dan diyakini sebagai tempat istirahat   (palereman) bagi para Dewa. Oleh karena itu alun-alun tersebut sekarang ini banyak digunakan orang sebagai tempat ngleremke ati atau menentramkan hati banyak orang.

Pada masa lalu, Alun-alun kidul Yogyakarta ini banyak digunakan untuk acara-acara tertentu seperti latihan ketangkasan prajurit keraton, berbagai kegiatan latihan digelar seperti :
1. Setonan : ketangkasan berkuda.

2. Manahan : lomba memanah dengan posisi duduk bersila.
3. Rampok Macan : lomba adu harimau.
4. Masangin : Latihan konsentrasi dengan berjalan diantara dua pohon beringin (ringin kurung) yang berada di tengah Alkid dengan mata tertutup.


Untuk yang terakhir saya sempat berhasil pada waktu kunjungan ke 2 loh dan katanya kalau berhasil bakalan sukses di masa depan (amin).

Sebab menurut mitos yang dipercaya turun temurun, bagi siapa saja yang berhasil melakukan masangin maka orang tersebut hatinya bersih dan permohonannya akan terkabul (yah, percaya nga percaya sich)

Berbanding terbalik dengan Alun-Alun Utara yang terlihat sepi dibandingkan Alun-Alun Selatan. Di Selatan saya sempat mencoba menaiki sepeda yang sudah di modifikasi sedemikian rupa sehingga dapat dikendarai oleh beberapa orang.


Sepeda Mobil Gowes (Om Telolet)


Untuk sepeda yang dapat diisi 4-5 orang itu dikenai harga sekitaran Rp. 110.000,- sementara untuk rombongan sedikit lebih besar 7-9 orang dibanderol sedikit lebih mahal Rp. 150.000,-

Dan entah kenapa malam ini tergolong ramai juga, mungkin karena masih suasana liburan akhir tahun kali ya. Jam 23.00 Wib serasa jam 20.00 Wib.

Lepas mencoba sepeda, saya menikmati Wedang Jahe yang dijajakan dipinggiran Alun-Alun Selatan.  Dinginnya malam sedikit terusir oleh hangatnya Jahe.

Melihat hilir mudik orang lalu-lalang saja sudah menjadi sebuah hiburan di Alun-alun ini. Mas, tutup jam berapa sich sepedaan dan alun-alunnya, saya bertanya ke mas yang lagi santai menunggu pelanggan.

Ngga tentu mas tutupnya, sambil senyum ramah khas Jogja. Saya ajah pulang bisa jam 12 an atau lebih tergantung order. Sebab menurutnya ngga setiap hari Alun-alun oenuh dengan orang. Hanya hari libur dan hari tertentu saja penuhnya.




Hmmm, setiap berkunjung ke sebuah obyek wisata entah itu sebentar atau lama, entah itu yang pertama kali atau yang ke sekian kali. Akan selalu ada yang bisa diceritakan.

Seperti kali ini saya hanya mencoba sepeda dan minuman wedang jahe di pinggiran saja dan entah kenapa kemarin ngga tertarik ke tengah lapangan bermain-main dengan pohon atau lampu warna-warni.

Ok. Waktu sudah semakin malam, tubuh juga perlu istirahat mengingat perjalanan besok masih lumayan panjang. Manajemen energi perlu banget biar kedodoran.

Sampai ketemu dicerita berikutnya.


Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

Posting Komentar