SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

Belajarlah menjadi sebuah Telaga bukan sebuah Gelas

Telaga/danau Lau Kawar Tanah Karo SUMUT
Cerita ini saya ringkaskan dari sebuah siaran radio, sederhananya kisah yang ditawarkan mengajarkan kepada kita sesuatu untuk dapat dilakukan dan merubah cara pandang kita terhadap masalah. 

Ada sebuah masa dimana seorang tua yang bijaksana hidup,  maka datanglah seorang anak muda yang kelihatannya sedang memiki masalah. Ia pun tahu ia berhadapan dan bertemu muka dengan orang tua yang sudah tersohor akan kebijakannya.  Maka tak sungkan lagi sang anak muda  menceritakan semua masalahnya kepada sang kakek bijaksana. Pak tua bijak, mendengarkan semua cerita dari sang anak muda, yup, sang kakek hanya mendengarkan saja.  Tetapi diakhir pembicaraan ia meminta sang anak muda mengambil segenggam garam dan segelas air. Ditaburkannya garam tadi kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan.  Lalu ia memberikan gelas tadi kepada si anak muda “coba minum  dan katakan bagaimana rasanya”?  Pahit, pahit sekali sahut sang anak muda tadi sambil memuntahkan air yang sudah ia minum kesampingnya. Pak tua bijak hanya tersenyum.

Lalu ia mengajak sang anak muda ke sebuah tepian telaga ditengah hutan didekat situ. Kedua orang ini berjalan berdampingan. Hingga tibalah mereka di tepian telaga. Kembali pak tua menaburkan segenggam garam tadi kedalam telaga. Dengan sepotong kayu ia bertindak seolah-olah mengaduk telaga tadi. Lalu  ia berkata kepada sang pemuda “coba minumlah?” Bagaimana rasanya? SEGAR sahut sang anak muda. Apakah kamu masih merasakan garam di air tadi, sambung sang kakek?  Sang anak muda pun menyahut, Tidak. 

Sang kakek mengajak anak muda tadi ke pinggir telaga dan berbicara, “anak muda dengarlah, pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam tadi, tidak lebih dan tak kurang, pun demikian dengan rasa pahitnya. Tetapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita milliki. Kepahitan itu didasarkan pada tempat kita meletakkan segalanya  dan semua ini tergantung dari hati kita. Jadi jika kita mengalami kepahitan dan kegagalan dalam menjalani kehidupan, maka lapangkanlah dadamu  dan terima semuanya, luaskanlah hatimu untuk menampung semua kepahitan itu, lanjut pak tua, hatimu adalah wadah itu,  perasaanmu adalah tempat itu, kalbumu adalah tempat menampung segalanya,  jadi intinya adalah jangan jadikan hatimu seperti gelas buatlah laksana telaga itu yang mampu meredam semua kepahitan yang ada dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan“. 

#talk to my self
Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

Posting Komentar