SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

Social Media vs Real World dimata Youtubers Kondang Feri Dikidi.

 
Ferri Dikidi
Silahturahmi bukan di facebook ya, silahturahmi  itu   lebih ke tatap muka ke pertemuan nyata.  Jangan karena di unfrend lalu ujung-ujungnya memutuskan tali silaturahmi.
 
Kalau yang familiar dengan dunia per-Youtube-an harusnya kenal dengan sosok satu ini. Ferri Dikidi, nama Dikidi disematkan karena ia adalah founder dan creatornya. Tahun 2000 Ferri seorang progammer,  cita-cita awalnya menjadi sutradara. Sempat ia menjajal dunia perfilman.

Mulai tahun  2002 dan pada tahun 2005 masuk dunia Advertising. Ferri juga sempat membuat film dan Judul film yang pernah di produserinya “Tak Sempurna”. 

Awal  memulai bisnis dari ruang tamu rumahnya. Baru pindah nyewa ke sebuah ruko lanjut ke rumah dan semakin baik setiap tahunnya. 

Kuncinya displin dan konsisten kunci keberhasilan dari dikidi. Dikidi sendiri muncul tahun 2012. Tahun 2014 sempat di banned.

Dikidi sendiri fokus ke youtube channel dengan sasaran anak muda.


Mas Ferri menekankan, perlakukan sosial media tidak sama dengan hidup kita yang sebenarnya agar tidak stress. Bagi feri sendiri, untuk mempengaruhi orang itu mudah selama tidak menjadi diri sendiri.

Dikidi sendiri awal 2014 di bentuk sudah yakin akan booming dan bublelling

***
Kita hidup di masa facebook kalau tidak ada maka seolah olah dunia sedang kiamat. Pun berlaku sama dengan whatsapp.

Tips dari Feri, cara sukses di media sosial.

  • 1.       Tetap melakukan hal baik. Mas Ferri memberikan contoh nyata  meskipun bukan job kita ketika teman kita mendapatkan job di twiiter tapi tetap aja di retweet. Resep suksesnya adalah harus saling follow. Kita (orang Indonesia) masih terjebak dalam dikotomi pemikiran tidak suka kalau orang sebelahnya sukses.  Kebersamaan itu adalah kuncinya. Sebab Dikidi juga di bangun  dari kebersamaan.
  • 2.       Jangan terlalu sensitif dengan facebook teman yang isinya postingan dagangan. Ya karena itu adalah usahanya. Intinya sich jangan posting yang galau dan baperan di dunia media sosial bagus dagangan aja.
  • 3.       Real life tidak perlu juga selalu gambar selfi bisa yang lain. Contoh gambar ayam sekitar kita bisa juga gambar kemacetan atau apalah kecuali kita yakin dengan gambar diri kita.

Raditya Dika yang  merupakan raja twitter dan youtube sendiri saja hanya diretweet sedikit, bayangin kalau semua followersnya meretweet apa yang Radit katakan. 

MasFerri juga berpesan agar Dare to be diferent, sedikit beda lebih baik daripada tidak beda tapi tidak baik. Raditya contoh yang beda dan berhasil. Ada juga beberapa penulis yang usia 50 tahun tapi bergaya seperti  18 tahun.



Sebelum menutup sharing, Mas Ferri kembali memberikan penekanan bahwa Dunia digital bukan hidup kita, jangan baper dan stress. Manfaatkan peluangnya jangan baper. 

Google rank sendiri kan meranking blog bukan Berdasarkan kualitas tapi kuantitas. Bukan seberapa bagus tulisan tapi berapa banyak tulisan yang dihasilkan. 

Terakhir sebagai penutup, silahturahmi bukan di facebook ya, silahturahmi  itu   lebih ke tatap muka ke pertemuan nyata.  Jangan karena di unfrend lalu ujung-ujungnya memutuskan tali silaturahmi.

Dibuka ruang tanya jawab, beberapa blogger yang hadir langsung antusias mangacungkan tangannya sebagai tanda bertanya. 

Bloggor (Blogger Bogor), Arif bertanya bagaimana mencari apa yang dibutuhkan orang di Yuotube? Youtube awalnya ada dashboard dan isinya ketahuan semua bahwa top ranknya adalah pornografi. Itu makanya dahsboarnya disembunyikan. Mungkin itu salah satu sebabnya Dashboradnya tidak pernah di munculkan lagi. Memang sich  tetap ada alat yang mampu mendeteksi apa yang dibutuhkan orang tapi terbilang mahal. 

Sementara google tren agak sedikir ribet. Karena itu tadi google melihat kuantitas bukan kualitas.

Mba Misteri aka Dewi juga bertanya, fenomena yang terjadi adalah posting galau itu yang sering menaikkan trafic? 

Memang sic menurut mas Ferri banyak yang akan ikutan berkomentar kalau postingan galau dan baper dan akan menaikkan trafik . Tapi pesannya kalau tidak comfort dan pengaruh ke duit yang akan dimiliki ya ga usah posting baper dan galau. Kecuali kalau galau mendatangkan  uang seperti galauyang dituliskan  dinovel dan syukur-syukur jadi sebuah film.

So,  masih mau galau-galau-an di media sosialmu. Ya ngga pa-pa juga sich toch itu media sosialmu. Tapi selama bisa memposting hal yang bermanfaat dan menghasilkan uang, lalu masih mau menebar Konflik, Galau, Baper yang ujung-ujungnya citra diri sendiri yang menjadi amburadul.





Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

34 komentar

  1. kalau silaturahmi lewab kunjungna blog gimana :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya silahturahmi baiknya sich bertatap muka mba lidya :)

      Hapus
  2. Jaman skrg mah banyak yg baper gara2 stts ajh langsung unfriend. Putus silaturahmi di dunia nyata juga. Mereka yg baper2 wajib dan kudu ikut workshop om ferri nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makin kesini makin banyak yang sensi dan baper mba. Semoga lepas baca tulisan ini sedikit berubah mba..

      Hapus
  3. Yuk ah Bang, kita silahturahmi sambil traktir aku yak wkwkwk. Workshopnya Om Ferri nampol bgt yak hahaha terutama yg suka alay dan galau di medsos spt akoh huahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe....memang nampol semua workshop kemarin dari timnya blogger cronys... :)

      Hapus
  4. Jangan karena di unfrend lalu ujung-ujungnya memutuskan tali silaturahmi.
    Bagus pesannya, nih Bang. Memang seharusnya demikian ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga banyak yang sadar dan menjadikan medsos sebagai media positif untuk berbagi

      Hapus
  5. keren banget memang materinya Mas Feri ini, menggelitik kekritisan kita :)

    BalasHapus
  6. silahturahmi itu sangat berharga...kalau dikit-dikit baper terus putus silahturahmi bisa hidup sendiri ajaaa deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheheheh... kakau hiduo sendiri manusia sebagai mahkuk sosial kayanya ngga akan tahan dech mba :)

      Hapus
  7. Setuju banget, kalo di dunia digital gak perlu baper dan stres, mending ciptakan peluang :D

    BalasHapus
  8. Terima kasih. Semoga bermanfaat. Ciptakan peluang stop baperan. Top banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe..ada juga saya yang berterimakasih mba wawa.. sudah diikutsertakan dalam kemeriahan workshop kemarin.

      Hapus
  9. Oh baru tau google rank merangking berdasarkan kuantitas. Harus rajin ngeblog nih.

    BalasHapus
  10. Semenjak socmed buat beli beras, haha... saya memang lebih banyak posting ttg link blog, kegiatan ngeblog dan ngajar (karena saya private teacher yg mesti branding juga). Postingan orang lain nyindir2 bodo amat. Kelewat eneg ya unfriend aja sekalian, haha...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... kejam juga mba nita..kelewat eneg unfriend aja ya

      Hapus
  11. Bener banget jarimu harimaumu kadang mau nulis kesana yang baper yang ono ujung2nya ribut, ribet hahaha..
    Makasi infonya kang saya baru tau google rank berdasarkan kuantitas, kencengin lagi semangat nulisnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sip... saya juga dapat dari mas ferri..sharing aja kok mba..masih belajar juga.

      Hapus
  12. setuju dgn Diki..jangan baperan di dumay....its not real life :D

    BalasHapus
  13. Hadir.... jadi kangen gathering di rumah joglo 😂

    BalasHapus
  14. thank sharingnya mas, ternyata traffic naik krn banyaknya tulisan ya, dilema nih banyakin tulisan tp gak kuat, krn tipikalku bukan nulis asal, saat lg nulis eh bocah kecil rengek minta ini itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang mba lia.. kalau ibu2 kan banyak yang harus dipegang... untuk masih bisa konsisten nulis aja sudah hebat kok :)

      Hapus
  15. bner banget.

    kalo liat kondisi sekarang, cuman gara2 di unfolow aja bisa putus tali silaturahmi. beuh.
    gitu tuh kalo banyak baper di sosmed

    BalasHapus
  16. Bagus pesannya, nih. Memang seharusnya demikian,
    Jangan karena di unfrend lalu ujung-ujungnya memutuskan tali silaturahmi baper ntar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mas Ronal, masih banyak sekarang yang terlalu mempersonalkan sosial media..padahal sosmed bukan kehidupan personal kita yang sesungguhnya ;)

      Hapus
Untuk Sementara Pesan di Moderasi....
Menghindari Beberapa konten2 yang negatif ...
Berfikir yang Baik dan tinggalkan jejak yang baik..
Terima kasih