SoG4iGVrlm2d0xVc7TbcWuGl8F4PkcCzhtCrmamZ

Bagaimana Menulis itu

Menulis, sejatinya adalah  hal yang semua orang normal bisa lakukan. Tapi mengapa sedikit sekali orang yang mau menulis hingga bisa tembus ke dunia penerbitan.  Ketika sudah melihat hasil dari menjadi penulis lantas semua orang berbondong – bondong menjadi penulis. Lalu hilang lagi gema menjadi penulis sampai nanti akan ada lagi muncul sosok yang menggemparkan di dunia kepenulisan, barulah pada saat itu dunia menulis bergelora lagi. 

Lihat kan dampak dari dunia tulis menulis. Sebuah hal yang tidak sulit, namun tidak juga mudah. Banyak orang berhasil menjadi penulis tetapi tidak sedikit juga orang yang gagal menjadi penulis dan frustasi ketika tulisannya tidak dimuat ataupun diterbitkan. Sejatinya semua berasal dari niat yang kita bangun dari awal. Apakah niat kita memang dari awal mencari kuntungan dari menulis atau menulis hanya sekedar berbagi, tanpa berharap sesuatu apapun juga.

Terinspirasi dari Jonru Ginting, beliau mencoba mengajarkan kepada kita untuk  tetap menulis. Apapun kesibukan kita, apapun keterbatasan kita. Segala hal itu tidak bisa menjadi penghalang kita untuk menulis.  Intinya tidak ada tawaran untuk tetap menulis dan menulis, dan menulis. Mengenai kendala yang akan kita hadapi dalam menulis pastinya, seperti bingung mencari ide, apa yang mau ditulis, bagaimana ejaan yang baik dan benarnya, dan macam lainnya. 

Sejatinya jika kita menulis ada baiknnya dimulai  dari otak kanan lalu berjalan ke otak kiri. Apalagi artinya ini? Kecenderungan otak kanan adalah yang berhubungan dengan spontanitas dan luwes. Artinya dengan menggunakan otak kanan kita akan lebih mudah  menangkap setiap kejadian yang kita alami dan menuliskannya. Contoh, kita melihat seseorang dicopet dikendaraan umum, kita bisa menuliskan perasaan kita saat melihat adegan itu langsung, bagaimana mata kita bertatapan dengan mata pencopet itu, dan perasaan kita yang bingung antara mau memberitahu korban atau mendiamkannya saja. Tuliskan semua perasaan yang terekam, acuhkan gaya penulisan. Intinya tuliskan semua hal yang mampu anda ingat dan tuangkan semuanya dalam tulisan. Lalu jika sudah dituangkan dalam tulisan barulah kita bergeser ke otak kiri. Otak kiri cara kerjanya lebih terstruktur. Apakah Ejaan yang kita gunakan sudah benar, apakah tulisan yang kita buat sudah menarik dan lain halnya. Barulah disini, kita dituntut untuk membaca ulang tulisan kita, dan melakukan perubahan – perubahan disana –sini, untuk mendapatkan tulisan yang lebih baik.

Pastinya untuk pertama kalinya kita tidak akan bisa mendapatkan hasil yang maksimal. “Roma dibangun bukan dalam satu hari bukan” dibutuhkan kesinambungan dalam menulis agar kita menemukan sebuah formula yang pas bagi kita.  Tentunya dalam hal ini, untuk menjadi penulis yang handal, kita juga dituntut harus rajin membaca. Membaca apapun itu, karena dengan membaca, pengetahuan kita akan bertambah, kosakata dan penggunaan kalimat menjadi lebih luas. Yang paling sulit dari menulis adalah menjaga Konsistensi dan Kesinambungannya. Disinilah banyak penulis yang tumbang dan sedikit yang terus maju dan berhasil. 

Disini kita belajar, menulis itu adalah spontanitas seperti otak kanan, tuliskan. Lalu runutkan dan olah menggunakan otak kiri, lakukan terus menerus dan berulang – ulang.

Selamat Menulis...
 


Related Posts
Kornelius Ginting
Orang Baik Rejekinya Juga Baik

Related Posts

Posting Komentar